Boleh Hidup Boros dan Nggak Menabung Asal…



Milenial terkenal dengan gaya hidup yang boros dan nggak suka menabung. Bagaimana caranya mereka bisa survive dengan gaya hidup seperti itu? Kiai mungkin akan bilang jangan khawatir karena rezeki sudah ada yang ngatur.

Sahabat yang sudah mendeklarasikan gemar menabung tetapi rekening kerap bocor,

Hal tersulit yang harus dijawab selain pertanyaan kapan kamu menikah dan sama siapa menikahnya, “bisakah kita hidup boros dengan gaji tidak begitu besar, punya banyak waktu luang, tidak perlu menabung, dan tetap survive?”

Pertanyaan pentingnya, seberapa boros kita.

Selama berabad-abad, menabung sebenarnya tidak pernah mengalami pergeseran makna. Penjelasannya tidak akan meleset jauh dari menyisihkan sebagian uang yang berfungsi untuk berjaga-jaga terhadap munculnya kebutuhan di masa depan. Selama berabad-abad pula menabung jadi kunci sukses banyak orang mewujudkan tujuan finansialnya.

Itu sebelum kemunculan teknologi internet yang membuat rekening kita serasa langsung diintip, dilucuti, dan diintimidasi oleh teknologi. Saat internet hanya berupa kemudahan bagi kita untuk mendulang informasi, rekening kita masih aman, jaya, dan sentosa. Ya setidaknya selama sebulan lah. Tapi begitu sistem pembayaran mulai terintegrasi, kita seperti berteman dengan bajingan tengik. Mau menghindar tapi lebih perlu kita dibandingkan dia.

Sahabat yang boros tapi tetap optimis walau rekening setipis irisan jeruk nipis,

Tidak menabung sebenarnya tidak masalah. Karena masalah sebenarnya terjadi saat kita membutuhkan uang, ada atau tidak. Boros hanya soal persepsi, sepanjang tidak perlu menguras isi rekening kita, apa lagi hingga berakibat utang konsumtif. Jadi memang harap bedakan antara boros dan pandir, karena memang perbedaanya sangat tipis.

Tinggal sekarang implikasinya bagaimana setelah mengetahui dirinya boros. Berikut kebijakan yang harus dilakukan oleh sahabat boros agar tujuan finansialnya tidak meleset:

Jangan boros gadget

Terkait gadget, setelah mengetahui bahwa perusahaan teknologi menerapkan planned obsolescence atau mudah usang secara model dan bahkan fungsi. Gunakan dengan bijaksana agar lebih awet. Selain materialnya cenderung ringkih dan mudah rusak, jangan panggil sayang-sayangan di gadget yang tidak berpasword. Hahaha. Bukan, itu bukan ajaran sesat. Tetapi banyak ide dan informasi penting yang mendukung pekerjaan kita. Teknologi pintar memungkinkan itu semua aman.

Untuk yang hobi selfie pun demikian. Buatlah awet performa kamera depannya dengan hanya berswafoto sehari maksimal 3 jepretan saja. Hahaha. Ini serius, karena banyak foto kamera yang melorot fungsinya setelah 1.000 jepretan. Kita sering merasa canggih dan sibuk membahas kelebihan kamera beresolusi tinggi tetapi lupa bahwa produsennya sebenarnya telah merancang kualitas kameranya bisa turun, mlotrok, aus dengan frekuensi penggunaan tertentu.  Jangan kemudian nanti terlalu sering ganti gadget hanya sekadar untuk menuntaskan dahaga selfie 50 frame sehari.

Piknik

Selagi muda boroslah untuk keperluan jalan-jalan. Bepergian jauh lebih membutuhkan kesiapan fisik daripada materi. Jangan sampe ketagihan menabung sampe lupa jalan-jalan. Begitu ingat, usia sudah 60 tahun dan mudah masuk angin. Mau pose ala Winter Sonata di Nami Island pas hawanya dingin semribit. Repot, harus diblonyo minyak kayu putih dan pasang koyo sana sini dulu.

Tidak harus ke Korea. Kemana pun tujuan kita liburan baik lokal maupun luar negeri, hal yang harus dipersiapkan tidak akan meleset dari biaya transportasi, akomodasi, biaya pengeluaran selama di lokasi, dan belanja oleh-oleh.

Untuk yang berlaku umum, orang pasti akan menyarankan menabung. Setelahnya menyarankan beli tiket murah di acara semacam garuda travel fair yang biasanya akan banyak berserak tiket murah di saat tidak musim liburan (low season).

Mengorbankan kenyamanan yang menipu

Di dunia perborosan yang aman, berlaku hukum brandless, no car, no expensive restaurant. Selama itu dipatuhi kemungkinan kita akan aman. Tentu saja tidak ada jaminan. Intinya boros tapi bisa ngampet.

Tidak jarang kebahagiaan orang terampas oleh kendaraan dari mulai mogok hingga rajin opname di bengkel. Demikian juga barang branded kenikmatannya hanya sementara waktu saja. Punya barang branded kalau cuma satu, kemungkinannya hanya dua: nular beli lagi atau malu mengunakan karena hanya itu-itu saja.

Sebenarnya tiap orang mempunyai sisi unik dalam hidup. Maka jangan buru-buru ditertawakan kalau para penganut spiritualisme memberikan nasehat untuk berdoa dan berderma, yang secara teknis kurang bisa diterima dengan akal standar.

Ada yang boros tapi selamat tanpa utang, ada yang rajin keluyuran anaknya banyak mendapat beasiswa pendidikan hingga derajat tertinggi. Eh, ada yang rajin menabung begitu terkumpul banyak, boro-boro untuk ke Korea. Uangnya malah dipinjam temannya, “Bulan depan aku balikin deh, untuk bayar anak sekolah… ”. Trenyuh kita, tapi begitu ditagih “bulan depan” selalu dijadikan jawaban. Itu ya, yang ngutangin malah jadi kaya yang salah.

Jaman semakin maju, kalau memang merasa menabung itu tidak perlu, ya tidak masalah. Jangan kemudian merasa terbebani dan kehilangan motivasi. Tabungan tidak harus berwujud harta benda saja. Waktu luang juga merupakan tabungan untuk melakukan hal bermanfaat. Skill atau keahlian juga merupakan tabungan yang dapat mendatangkan uang. Tinggal menunggu berjodoh dengan momentum.

Tapi jangan skill ngutang. Itu memang mendatangkan uang, tapi nyusahin teman. Apa lagi kalau sudah memberikan jawaban klasik, “bulan depan ya…”

Comments

Popular posts from this blog

Membuat Jalan Setapak

Jenis-jenis Benang Rajut dan Kegunaanya

Permainan Dam Daman