Menjadikan Utang Menjadi Utang Produktif
Banyak orang alergi dengan utang. Mereka khawatir tidak dapat hidup dengan tenang dan nyaman jika memiliki utang.
Mereka stress, menyerah, lalu melakukan tindakan yang tergolong kejahatan dan kriminal. Padahal, jika Anda bisa memanfaatkannya, utang tidak selalu menjadi momok.
Kenyataannya, sebagian besar pengusaha pemula dan pengusaha besar, mampu menjadi pengusaha sukses setelah berutang. Utang dari bank digunakan untuk kegiatan produktif sehingga pengusaha mendapatkan keuntungan. Itulah yang disebut utang produktif.
Anda dapat belajar dari perusahaan dan pengusaha yang memiliki utang produktif, namun mereka bisa sekaligus menciptakan keuntungan. Sebab itu Anda mesti selalu memilah mana utang produktif dan mana utang konsumtif.
Berikut ini cara menjadikan utang yang Anda ambil menjadi utang produktif:
1. Memiliki manfaat finansial
Utang produktif merupakan utang yang tujuan peminjamannya adalah untuk mendapatkan manfaat finansial. Sebagai contoh, ketika Anda meminjam dari saudara atau bank dengan tujuan untuk memulai suatu usaha, maka utang tersebut dikategorikan sebagai utang produktif.
Laba usaha yang dihasilkan dari kegiatan bisnis yang dibangun atas utang tersebut dapat digunakan untuk melunasi pinjaman secara berkala, memutar bisnis, dan keuntungannya untuk membantu keuangan keluarga. Setelah utang lunas, bisnis Anda masih tetap berjalan dan menghasilkan keuntungan untuk memenuhi kebutuhan hdup Anda sehari-hari dan memperbesar usaha.
Sedangkan utang konsumtif merupakan kebalikan dari utang produktif, yaitu utang yang tujuan peminjamannya tidak memberikan manfaat finansial secara langsung untuk dapat melunasi utang tersebut.
Contohnya, Anda mengajukan pinjaman ke bank untuk membeli mobil sebagai sarana mudah untuk pulang pergi ke kantor, atau pergi berlibur ke luar negeri untuk melepas penat. Kegiatan ini tidak dapat dikatakan bisa mendatangkan manfaat finansial secara langsung bagi Anda sehingga utang tersebut tergolong utang konsumtif.
2. Menambah aset
Dengan utang produktif, Anda bisa memiliki aset. Sebagai simulasi, Anda mengajukan pinjaman Rp 25 juta dengan tenor 12 bulan dan bunga 0%. Pinjaman digunakan untuk memulai suatu usaha butik dan pelunasan utang dilakukan dengan cara dicicil sebesar Rp 2 juta per bulan.
Asumsikan Anda mampu menghasilkan omset Rp 1 juta per hari alias Rp 30 juta per bulan. Dengan biaya operasional sebesar Rp 25 juta per bulan, Anda memiliki laba bersih sebesar Rp 5 juta per bulan. Anda dapat menggunakan laba bersih untuk melunasi cicilan utang setiap bulan, sehingga sisa bersih yang dapat Anda ambil adalah Rp 3 juta.
Bisnis butik tentu diharapkan berjalan terus sehingga setelah pinjaman lunas di akhir tahun, butik Anda tetap berjalan dan bahkan menghasilkan laba bersih yang lebih tinggi karena tidak perlu membayar cician utang lagi. Dengan keuntungan tersebut, Anda bisa menambah aset usaha maupun aset pribadi.
3. Disiplin mencicil
Satu hal yang mesti Anda miliki setelah berhasil mendapatkan utang produktif ialah disiplin dalam membayar cicilan utang. Disiplin ini juga berlaku jika Anda mendapatkan utang konsumtif. Mereka yang tidak disiplin dalam membayar cicilan, suatu saat akan terjebak dalam masalah utang.
Sebaliknya, meski Anda mendapatkan utang konsumtif, jika Anda memiliki disiplin keuangan yang tinggi, Anda bisa mengubahnya menjadi utang produktif.
Misalnya jika terpaksa harus berbelanja untuk kebutuhan usaha dengan menggunakan kartu kredit. Dengan cicilan ringan dan diskon menarik, Anda tetap menjadikannya sebagai utang produktif jika Anda melunasinya sebelum jatuh tempo.
Dengan demikian, menjadi kaya dengan cara berutang merupakan hal yang wajar dan masuk akal untuk dilakukan sepanjang Anda tetap bijak dan disiplin dalam memanfaatkan utang tersebut, baik utang produktif maupun konsumtif.
Nah...bagaimana supaya dapat disiplin membayar cicilan jika Anda berhutang untuk tujuan konsumtif?
1. Berhemat
Ini adalah cara mudah dalam hal mengelola hutang agar Anda dan keluarga bisa segera terlepas dari gangguannya. Anda dapat mengurangi jalan-jalan ke mal atau makan di luar.
Berkorbanlah sesekali dengan menu makanan sederhana untuk Anda dan pasangan, asalkan anak-anak tetap mendapat makanan bergizi.
2. Cerdas mengelola hutang konsumtif
Hutang konsumtif artinya adalah hutang yang digunakan untuk membeli barang-barang yang nilainya dipastikan mengalami depresiasi (penurunan) di masa depan. Misalnya, membeli kendaraan bermotor atau peralatan elektronik dengan cara mencicil.
Tidak masalah jika alasan membeli barang-barang tersebut adalah demi kelancaran pekerjaan atau untuk keperluan sekolah anak (seperti laptop, karena beberapa sekolah mewajibkan muridnya untuk mempunyai laptop).
Yang menjadi masalah adalah jika Anda memutuskan untuk membeli kendaraan bermotor lain (yang paling sering terjadi adalah sepeda motor) ketika cicilan kendaraan bermotor pertama belum benar-benar habis.
Hindari juga membeli kendaraan bermotor lain (selain kendaraan bermotor pertama yang Anda beli dengan cara mencicil) dengan cara mencicil pula. Memangnya Anda mau di ‘teror’ hutang melulu?
3. Utamakan membayar hutang dengan bunga tinggi
Cara mengelola hutang yang berikutnya adalah membuat catatan tentang semua hutang Anda dan keluarga agar Anda tahu hutang mana yang memiliki suku bunga paling tinggi.
Buat kesepakatan dengan pasangan atau keluarga bahwa hutang dengan suku bunga paling tinggi wajib hukumnya untuk segera dilunasi, demikian pula dengan hutang yang jumlahnya paling besar.
4. Jangan terlambat membayar cicilan hutang
Terlambat membayar cicilan hutang tidak menunjukkan itikad baik Anda dalam mengelola hutang dan hanya akan menambah beban pengeluaran karena adanya denda yang harus Anda tanggung, apalagi jika sampai menunggak hingga berbulan-bulan.
Lembaga keuangan non bank cukup ketat dalam menerapkan hal ini, sehingga Anda perlu berhati-hati atau debt collector akan datang dan meneror hidup Anda!
5. Hindari membayar hutang dengan berhutang
Ini bukanlah cara mengelola hutang yang baik dan sangat dianjurkan untuk dihindari. Satu lubang hutang mungkin akan segera lunas dengan cara ini, namun penghasilan Anda akan tetap berkurang untuk membayar hutang berikutnya.
Setelah semua hutang yang Anda miliki telah lunas, berjanjilah dalam hati untuk tak berhutang lagi. Jika suatu saat Anda tergoda untuk melakukannya, cobalah ingat kembali betapa susah dan payahnya perjuangan Anda dalam mengelola hutang. Kami yakin, dengan mengingatnya Anda akan terhindar dari gaya hidup konsumtif.
Comments
Post a Comment