Mengenalkan Pendidikan Seks pada Anak, Bagaimana Caranya?


Seks bebas ataupun anak yang kecanduan pornografi merupakan dampak buruk dari gagalnya pendidikan seks. Pendidikan seks pada anak bukan berarti orang tua mengajarkan bagaimana sexual intercourse yang baik, namun bagaimana anak-anak lebih mengetahui dan menghormati organ-organ reproduksinya sehingga tidak digunakan sembarangan.

Menurut psikolog anak, Efnie Indrianie, saat anak usia 9-12 atau pra-pubertas memang pendidikan seks dari orang tua tidak mengajarkan sex intercouse, melainkan dengan anatomi tubuh laki-laki dan perempuan. Kalau sudah tahu anatominya lalu diajarkan tentang personal hygine. Kalau tidak dijaga hati-hati bisa menyebabkan penyakit tertentu.

Ketika anak masuk ke usia pubertas mulai dijelaskan soal mimpi basah pada laki-laki dan menstruasi pada perempuan lebih rinci. Dikenalkan juga bahwa dalam usianya itu, pada perempuan ada sel telur yang bila dibuahi sperma maka bisa terjadi pembuahan dan bisa terjadi anak. Pemahaman ini sebaiknya dilakukan dengan pendekatan biologi.

Jadi jangan hanya sekadar boleh dan tidak boleh melakukan hubungan seks, tetapi juga mengapa mereka belum bisa melakukannya. Sebab sekadar boleh dan tidak boleh saja akan membuat anak penasaran sehingga mencari tahu sendiri. Bisa jadi apa yang anak dapat sebenarnya adalah hal yang salah.

Perlu ditekankan kepada anak bahwa hubungan seks hanya boleh dilakukan saat usia sudah matang dan sudah menikah, di mana sebelum menikah pun harus melakukan pemeriksaan dulu. Karena jika dilakukan sembarangan bisa memicu terjadinya infeksi menular seksual, penyakit tertentu lainnya, bisa hamil dan belum tentu anak yang dilahirkan sehat karena ibunya masih terlalu kecil.

Jadi penjelasannya lebih ke biologis agar mereka tahu sebab dan akibatnya. Makanya mereka paham kenapa tidak boleh ada seks pranikah.

Sementara itu menurut dokter kandungan di RS Bethsaida, dr Ricky Susanto, M.Kes SpOG, kehamilan dapat terjadi walaupun dilakukan hanya satu kali pada masa subur. Karena itu hendaknya anak yang sudah mulai pubertas tidak melakukannya. Sebab saat kehamilan di usia remaja terjadi, tidak ada jalan untuk kembali.

Perlu ditanamkan komitmen bahwa tidak akan berhubungan seks sebelum menikah. Jika ada yang bersikukuh sudah menggunakan alat kontrasepsi saat berhubungan, perlu diketahui bahwa tidak ada kontrasepsi yang 100 persen dapat mencegah kehamilan.

Orang tua bisa bersikap sebagai sahabat bagi anak, sehingga anak tidak segan untuk berbagi cerita. Dari cerita anak, orang tua tahu bagaimana kondisi anak dan apa yang dia hadapi, sehingga orang tua bisa membantu mencari jalan keluar bila ada masalah atau kegamangan.

Sumber: detikhealth

Comments

Popular posts from this blog

Membuat Jalan Setapak

Jenis-jenis Benang Rajut dan Kegunaanya

Permainan Dam Daman