Kreatif Saat Komunikasi Dengan Anak

Tidak saja hubungan dengan pasangan, dengan anak pun diperlukan komunikasi. Kendati banyak urusan atau pekerjaan, komunikasi dengan anak mau tak mau harus diperhatikan. Jika tidak ingin banyak masalah yang tersumbat dan meledak sewaktu-waktu.
Persoalan kecil jika tidak segera dicarikan penyelesaiannya, sama saja dengan menumpuk masalah. Sekarang mungkin masalah kecil yang tak terselesaikan, bisa jadi ke depan akan menjadi kumpulan masalah-masalah kecil yang menjadi besar. Sampai di situ, kita sebagai orang tua akan merasa heran mengapa hal ini bisa terjadi dan menolak untuk mengakui kesalahan diri sendiri dan mencari-cari kesalahan pada si anak. Yang pasti, kita akan kesulitan untuk mendapatkan penyelesaiannya.
Dibutuhkan kreativitas saat berkomunikasi dengan anak agar tepat dan efektif. Berikut ini beberapa cara kreatif untuk menciptakan komunikasi yang menyenangkan menurut seorang praktisi parenting, Irawati Istadi. Cara tersebut antara lain: menunjukkan bahasa tubuh yang aktif, menggunakan pesan ‘saya’, melebur dalam persepsi anak, memaksimalkan perhatian positif, dan kejutan-kejutan manis.

Bahasa Tubuh Aktif

Bahasa tubuh sangat berarti, bahkan dibandingkan dengan bahasa verbal. Cara sederhana membangun bahasa tubuh yang baik adalah, menyejajarkan pandangan mata saat bicara dengan anak. Tatap mata anak dan condongkan tubuh ke arahnya. Komunikasi anak akan terbuka karena ia merasa didengarkan dan diperhatikan.

Pesan ‘Saya’

Gaya komunikasi ini adalah gaya yang menyampaikan perasaan-perasaan ‘saya’ atau orang yang bicara. Dengan menggunakan gaya bicara ini, akan terkesan tidak menggurui. Anak yang mendengarkan akan merasa lebih dihargai sehingga mudah untuk mengikuti keinginan yang kita ungkapkan secara tersirat. Contoh pesan ‘saya’ misalnya: “Bunda sudah gosok gigi nih, siapa yang selanjutnya, ya?”

Melebur dalam Persepsi Anak

Anak yang sedang dalam perkembangan, secara psikologis biasanya memiliki ego yang kuat dan mau menang sendiri. Orang tua yang sudah dewasa tidak bisa memaksa anak untuk mengikuti persepsinya. Justru kita sebagai orang tua yang harus masuk ke dalam persepsi anak. Dengan demikian, kita bicara dan menyelami sebuah masalah melalui persepsi anak.


Maksimalkan Perhatian Positif

Jika selama ini kita seringkali menyalahkan anak dan mengkritik, sudah saatnya kita mengubahnya. Dengan berusaha mencari-cari sebanyak mungkin perbuatan positif anak setiap hari dan memuji seperlunya. Anak yang sering mendapatkan perhatian positif akan berperilaku lebih baik dan tidak rewel.

Kejutan-Kejutan Manis

Rutinitas dalam keluarga akan membosankan anak. Dibutuhkan kreativitas orang tua untuk mencari waktu yang menarik untuk bicara dengan anak. Sekadar berjalan-jalan bersama sambil bicara, akan menjadi hal yang mengesankan dan komunikasi terjalin manis.

Mengedepankan komunikasi yang positif untuk meminimalkan pernyataan yang bermuatan negatif yang bisa dibangun antara orangtua dengan anak seperti prinsip interpersonal yang diungkapkan oleh De Vito adalah sebagai berikut
  1. Mengedepankan kalimat pujian. Kalimat pujian seperti "bagus", "good job", "luar biasa" yang diungkapkan membuat anak merasa dirinya hebat dan apa  yang diusahakannya tidak sia-sia. Meskipun yang dilakukan belum sempurna, tetapi paling tidak usaha yang dilakukan dihargai orang lain meskipun baru orangtuanya yang pertama menghargai.
  2. Menghindari evaluasi dengan kalimat negatif. Evaluasi di sini adalah memberikan masukan terhadap apa yang sudah dilakukannya. Setelah memberikan pujian, perlu memberikan masukan terhadap apa yang sudah dikerjakannya untuk memperbaikinya sehingga ke depannya ia bisa mengerjakannya dengan baik. Hindari kalimat "seharusnya", "semestinya", "tidak boleh", "jangan seperti itu", "kamu salah kalau seperti itu". Ganti dengan mengedepankan kalimat pujian lalu kemudian memberikan masukan dengan kalimat "akan lebih baik lagi jika...", "ini sudah baik tapi akan lebih sempurna jika...", "usahamu cukup bagus namun kurang tepat, lebih tepatnya jika...", dll. Dengan meminimalkan pernyataan yang mengandung muatan negatif, tidak membatasi seorang anak untuk melakukan sesuatu yang lebih baik.
  3. Menanggapi pendapat atau opini anak dengan sikap terbuka. Dengan anak memberikan pendapatnya secara tidak langsung mendukung kreativitasnya dari segi kognitif yang menunjang perkembangan bahasanya. Dengan menanyakan pendapatnya, mereka berusaha mengungkapkan apa yang menjadi pemikirannya kemudian menjelaskannya.
  4. Menunjukkan ekspresi positif saat berkomunikasi. Tentunya pernyataan pujian tidak akan tersampaikan dengan sempurna jika tidak didukung ekspresi wajah positif yang diberikan. Berikanlah senyuman dan raut wajah yang berseri-seri ketika memberikan penilaian terhadap apa yang sudah dilakukannya sehingga seorang anak pun bisa melihat, meskipun masih banyak yang harus diperbaiki.

Comments

Popular posts from this blog

Membuat Jalan Setapak

Jenis-jenis Benang Rajut dan Kegunaanya

Permainan Dam Daman