FILM: Danum Baputi: Penjaga Mata Air
Terobosan baru dilakukan oleh Sa'Villa Production bekerjasama
dengan Ully Sigar Association yang memilih untuk mengingatkan masyarakat
tentang pelestarian lingkungan melalui film berjudul Danum Baputi.
Film yang bertutur tentang sekelompok masyarakat di pedalaman
Kalimantan yang sangat peduli terhadap lingkungan, budaya dan adat
istiadat mempunyai pesan moral mengajak masyarakat ikut menjaga dan
melestarikan lingkungan. Misi utamanya dapat menjadi media sosialisasi
tentang kepedulian terhadap alam. Film ini dikemas secara modern dan
tidak monoton. Ada bumbu drama
percintaan dan tragedi yang diselipkan dalam film yang terdaftar di
Festival Film Internasional 2015 di Kanada dan Perancis ini. Danum Baputi adalah langkah awal untuk memberikan edukasi tentang pentingnya menyelamatkan hutan.Film ini bagus untuk edukasi dan pembelajaran bagi generasi muda,
terutama masyarakat di perkotaan untuk peduli dengan tatanan
lingkungan, hutan dan budaya kita. Film ini disutradarai oleh Gunawan Paggaru dengan pemain Jovita Dwijayanti, Raditya Agung Yudistira, Arif Rahman, Rainer Monopo dan aktor aktris
senior seperti Billy Bujanger, Yati Surachman dan Dolly Martin.
***
Sekelompok masyarakat di pedalaman Kalimantan yang masih peduli dengan lingkungannya, peduli dengan hutan adat mereka. Mereka percaya atas ramalan nenek moyang mereka 100 tahun yang lalu bahwa akan terjadi kerusakan hutan yang diakibatkan oleh ulah manusia, namun akan diselamatkan oleh seseorang yang memang sudah ditakdirkan untuk menjaga hutan dan sumber mata air mereka. Danum Baputi, anak perempuan Tuwo Damang, kepala suku, terpilih sebagai Danum Pambelum (penjaga mata air).
Eksploitasi hutan Indonesia tidak henti hentinya dilakukan. Salah satu perusahaan asing mesiasati pembukaan lahan hutan untuk dijadikan perkebunan kelapa sawit. Hal ini tidak saja mendorong konflik antara masyarakat adat dan investor, namun juga antar masyarakat itu sendiri, karena adanya oknum-oknum yang membelot karena ketamakannya.
Tanah adat Danum Baputi adalah sasaran utama perluasan perkebunan tersebut. Tuwo Damang, ayah Danum Baputi sebagai kepala suku dibantu Penyang dan Mantikei serta penduduk lain berusaha mencegah hal itu. Namun Kiung, anak buah pihak perkebunan melakukan tipu daya untuk mendukung perluasan areal perkebunan.
Ia juga memanfaatkan Akin yang menaruh hati pada Danum. Karena gagal mendapatkan Danum, maka Akin bergabung bersama Kiung dan akhirnya diperalat untuk menghabisi Tuwo Damang yang dianggap sebagai penghalang dalam menguasai tanah adat. Danum, Penyang, dan Matikei menghentikan ulah Kiung yang membakar rumah-rumah penduduk yang tidak mau mengikuti kehendaknya.
***
Sekelompok masyarakat di pedalaman Kalimantan yang masih peduli dengan lingkungannya, peduli dengan hutan adat mereka. Mereka percaya atas ramalan nenek moyang mereka 100 tahun yang lalu bahwa akan terjadi kerusakan hutan yang diakibatkan oleh ulah manusia, namun akan diselamatkan oleh seseorang yang memang sudah ditakdirkan untuk menjaga hutan dan sumber mata air mereka. Danum Baputi, anak perempuan Tuwo Damang, kepala suku, terpilih sebagai Danum Pambelum (penjaga mata air).
Eksploitasi hutan Indonesia tidak henti hentinya dilakukan. Salah satu perusahaan asing mesiasati pembukaan lahan hutan untuk dijadikan perkebunan kelapa sawit. Hal ini tidak saja mendorong konflik antara masyarakat adat dan investor, namun juga antar masyarakat itu sendiri, karena adanya oknum-oknum yang membelot karena ketamakannya.
Tanah adat Danum Baputi adalah sasaran utama perluasan perkebunan tersebut. Tuwo Damang, ayah Danum Baputi sebagai kepala suku dibantu Penyang dan Mantikei serta penduduk lain berusaha mencegah hal itu. Namun Kiung, anak buah pihak perkebunan melakukan tipu daya untuk mendukung perluasan areal perkebunan.
Ia juga memanfaatkan Akin yang menaruh hati pada Danum. Karena gagal mendapatkan Danum, maka Akin bergabung bersama Kiung dan akhirnya diperalat untuk menghabisi Tuwo Damang yang dianggap sebagai penghalang dalam menguasai tanah adat. Danum, Penyang, dan Matikei menghentikan ulah Kiung yang membakar rumah-rumah penduduk yang tidak mau mengikuti kehendaknya.
Comments
Post a Comment