Efek Samping Obat Kuat


Ada saja cara pria untuk dapat memuaskan pasangan dan meningkatkan kepercayaan diri. Mulai dari memperbesar penis hingga mengkonsumsi obat kuat. Meskipun mungkin ada hasilnya namun hal ini juga tidak lepas dari risiko. Obat kuat yang dibeli melalui internet guna meningkatkan performa seksual dengan harga sekitar Rp 1,7 juta satu botol (30 tablet) mungkin dapat memuaskan seorang istri yang berusia 26 tahun. Tapi apalah artinya jika setelah itu mengalami serangan jantung atau terkena gagal ginjal yang mengharuskan melakukan cuci darah tiga kali dalam seminggu? Harus dipahami bahwa obat kuat ilegal memang dikenal dapat menyebabkan beberapa efek samping karena dicampur dengan bahan yang dilarang.
Efek samping obat kuat bermacam-macam, tergantung dari bahan kimia apa yang terkandung di dalam obat tersebut. Yang paling ringan adalah sakit kepala, dada berdebar-debar, sesak napas, dan flushing (muka memerah karena pelebaran pembuluh darah di wajah), serta gangguan pencernaan. Bahkan tetap menderita ejakulasi dini, kemudian bisa saja impoten, juga menyebabkan kebutaan.
Gejala yang sama juga dapat dialami oleh penggemar obat kuat yang senang mengkonsumsi sejenis tadalafil. Awalnya apa yang mereka lihat berwarna biru, kemudian perlahan berubah menjadi buram hingga kehilangan penglihatan. Efek lainnya bisa menyerang beberapa organ sekaligus seperti lambung, liver, dan ginjal. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh sebuah tim dari University of Alabama di Birmingham, Inggris, menyimpulkan bahwa pria yang sering mengkonsumsi obat kuat viagra atau jenis obat kuat lainnya seperti cialis atau levitra, maka memiliki resiko kehilangan pendengarannya dalam waktu yang lama.
Kemudian Orang yang mengonsumsi anabolik steroid bisa menjadi sangat bertenaga, tapi di balik itu bisa mengakibatkan depresi, peningkatan fungsi hati, peningkatan tekanan darah dan kolesterol, kram perut, mimisan, ketidakpekaan terhadap insulin, diare, mual, muntah, sembelit dan diduga dapat memungkinkan percepatan pertumbuhan tumor dan menyusutnya testis/penis, juga kerontokan rambut baik di tubuh maupun di kepala.
Dalam sebuah penelitian terhadap obat-obatan Disungsi Ereksi (DE) yang dijual di Korea Selatan ditemukan obat-obatan itu bukan cuma terkontaminasi, tapi juga mengandung bahan aktif terlalu banyak atau justru tidak mengandung apa pun. Obat-obatan itu bisa berbahaya, terutama untuk pria yang menderita hipertensi atau penyakit jantung.
Para peneliti membandingkan Viagra dan Cialis dengan obat-obatan “sejenis” yang dijual bebas. Ternyata sepertiga dari obat-obatan itu memiliki ukuran dan warna yang berbeda. Sementara itu 58 persen mengandung zat aktif terlalu banyak dan 3 persen tidak mengandung apa-apa.
Obat jenis inhibitor phosphodiesterase tipe 5 (PDE51) banyak dipakai untuk mengatasi pria penderita impotensi, namun seringkali disalahgunakan dan dipakai pada berbagai obat, meski tidak termasuk dalam kategori impotensi. Golongan obat yang menggunakan PDE51 antara lain sildenafil (merk generik Viagra) dan tadalafil (Cialis).
Sejak Viagra diluncurkan dan populer, berbagai obat DE sejenis bermunculan. Padahal, obat DE memiliki tipe khusus, karena itu pasien perlu berkonsultasi dulu dengan dokter untuk mengetahui faktor penyebabnya. Faktor penyebab DE bisa faktor organik atau kelainan pada organ tubuh, faktor psikis dan faktor usia. Pria yang normal dan tidak memiliki gangguan saat melakukan kegialan seksual tidak dianjurkan menggunakan obat-obatan. Obat kuat atau pembangkit gairah seksual, (sekali lagi) tidak bisa dikonsumsi sembarangan tetapi harus dengan resep dokter. Tidak semua pasien yang impotensi diberikan obat DE.
Obat Viagra yang asli pun memiliki efek samping, terutama pada pria yang juga mengonsumsi obat nitrat untuk mengobati nyeri dada.
Tanpa resep dokter, pengguna obat tidak mengetahui kandungan bahan pada obat itu, apakah nantinya menimbulkan efek samping bagi kesehatan atau tidak. Apalagi jika obat yang dikonsumsi berkontraindikasi dengan penyakit lain.
Setiap obat memiliki efek samping, karena itu konsultasikan dulu dengan dokter. Dikhawaitrkan obat-obatan yang dijual tanpa resep itu memiliki efek samping lebih berbahaya
Banyak kasus kematian setelah mengonsumsi obat kuat karena terjadi kontra indikasi pada penggunanya. Obat kuat biasanya memacu kerja jantung. Bagi penderita hipertensi hal ini sangat berbahaya. Efek paling mengerikan adalah kematian akibat penggunaan tanpa resep dokter.


Comments

Popular posts from this blog

Membuat Jalan Setapak

Jenis-jenis Benang Rajut dan Kegunaanya

Permainan Dam Daman