Ahmad Yani - Pahlawan Revolusi Indonesia


Ahmad Yani lahir di Jenar, Purworejo, Jawa Tengah pada tanggal 19 Juni 1922 dalam keluarga Wongsoredjo, keluarga yang bekerja di sebuah pabrik gula yang di jalankan oleh pemilik Belanda. Pada tahun 1927, Ahmad Yani pindah dengan keluarganya ke Batavia, di mana ayahnya kemudian bekerja untuk seorang Jenderal Belanda. Di Batavia, Ahmad Yani melalui pendidikan dasar dan menengah pertama. Pada tahun 1940, Ahmad Yani meninggalkan pendidikan di AMS (setingkat Sekolah Menengah Umum) untuk menjalani wajib militer. Ia belajar topografi militer di Malang, Jawa Timur.
Pada tahun 1943, ia bergabung dengan tentara PETA (Pembela Tanah Air) dan menjalani pelatihan lebih lanjut di Magelang. Setelah menyelesaikan pelatihan ini, ia dilatih sebagai komandan peleton PETA dan dipindahkan ke Bogor, Jawa Barat untuk menerima pelatihan. Setelah selesai, ia dikirim kembali ke Magelang sebagai instruktur.
Setelah kemerdekaan Ahmad Yani bergabung dengan tentara republik yang masih muda dan berjuang melawan Belanda. Kemudian membentuk batalion dan memimpin kemenangan melawan Inggris di Magelang. Kemudian diikuti dengan keberhasilan mempertahankan Magelang melawan Belanda, ketika Belanda mencoba untuk mengambil alih kota. Pada periode ini pula Ahmad Yani melakukan serangkaian serangan gerilya yang diluncurkan pada awal 1949 untuk mengalihkan perhatian Belanda sementara Letnan Kolonel Suharto dipersiapkan untuk serangan umum 1 Maret yang diarahkan pada Yogyakarta.
Pada tahun 1952, ia dipanggil kembali untuk melawan DI/TII, sebuah kelompok pemberontak yang membuat kekacauan di daerah Jawa Tengah. Untuk menghadapi kelompok pemberontak ini, dibentuk sebuah pasukan khusus yang disebut Banteng RaidersBanteng Raiders yang diberi latihan khusus ini pun berhasil mengalahkan pasukan DI/TII.
Pada tahun 1955, Ahmad Yani berangkat ke Amerika Serikat untuk belajar di Command and General Staff College, Fort Leaven Worth, Kansas, USA selama sembilan bulan. Pada tahun 1956, ia mengikuti pendidikan selama dua bulan pada Spesial Warfare Course di Inggris. Kembali pada tahun 1956, Ahmad Yani dipindahkan ke Markas Besar Angkatan Darat di Jakarta di mana ia menjadi Asisten Logistik Kepala Staf Angkatan Darat sebelum menjadi Wakil Kepala Staf Angkatan Darat untuk Organisasi dan Kepegawaian.
Pada Agustus 1958, ia diperintahkan menjadi Komandan untuk Operasi 17 Agustus melawan pemberontakan PRRI di Sumatera Barat. Pasukannya berhasil merebut kembali Padang dan Bukit Tinggi, dan keberhasilannya menyebabkan ia dipromosikan menjadi Wakil Kepala Staf Angkatan Darat pada 1 September 1962 dan kemudian Kepala Staf Angkatan Darat pada 13 November 1963 menggantikan Jenderal AH Nasution.
Ia menolak keinginan PKI untuk membentuk Angkatan Kelima yang terdiri dari buruh dan tani yang dipersenjatai. Oleh karena itu, ia menjadi salah satu target PKI yang diculik dan dibunuh melalui Pemberontakan G30S/PKI (Gerakan Tiga Puluh September/PKI). Pada dini hari 1 Oktober 1965, Gerakan 30 September/PKI yang mencoba untuk menculik anggota staf umum Angkatan Darat, menembak Ahmad Yani di depan kamar tidurnya. Tubuh Ahmad Yani dan korban lainnya ditemukan pada tanggal 4 Oktober di Lubang Buaya, di pinggiran Jakarta di sebuah sumur bekas. Pada hari berikutnya dilakukan pemakaman kenegaraan dan mereka semua di makamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata. Pada hari yang sama Ahmad Yani dan rekan-rekannya di beri gelar Pahlawan Revolusi dengan Keputusan Presiden Nomor 111/KOTI/1965 dan pangkatnya dinaikkan secara anumerta dari Letnan Jenderal menjadi Jenderal (Anumerta).
Keluarga Ahmad Yani kemudian pindah dari rumah kediamannya dan menjadikan bekas rumah tersebut menjadi Museum yang berdiri dengan sebagian besar dibiarkan seperti pada saat peristiwa Oktober 1965, termasuk lubang peluru di pintu dan dinding, dan dengan perabot rumah waktu itu.

sumber: wikipedia dan sumber lainnya

Comments

Popular posts from this blog

Membuat Jalan Setapak

Jenis-jenis Benang Rajut dan Kegunaanya

Permainan Dam Daman