Josephine Komara - Tukang Kain Indonesia yang Mendunia
Terlahir sebagai Ang Siok Bin. Secara formal, hanya menempuh pendidikan sampai tingkat Sekolah Dasar. Memulai bisnis sejak usia 17 tahun. Titik balik dalam karirnya terjadi pada tahun 1970-an, ketika pada tahun 1970-an, pemerintah membuka lebar-lebar pintu investasi asing dan lalu masuklah investor dari Jepang yang turun di bisnis tekstil. Bisnis kain Obin mulai menggeliat pada masa-masa ini, ketika Ali Sadikin menjadi gubernur Jakarta dengan kebijakan akomodatifnya, dan ketika Jepang membangun pabrik tekstil di Bandung. Inilah masa-masa ketika untuk pertama kalinya, orang-orang mencarinya untuk memesan horden, sarung bantal dan kain-kain pelapis.
Ia menemukan cinta sejatinya pada kain tradisional dan kemudian menemukan metode untuk menghasilkan kain tenun tradisional dan mengawinkannya dengan motif-motif batik. Obin kemudian juga menguasai teknik produksi kain lainnya seperti sulam, ikat, tie & dye, stitch & dye dan semua teknik tradisional lain yang membuat kain Indonesia dikenal.
Toko pertamanya Bin House menyasar kelas menengah atas Jakarta sejak tahun 1986. Mendapatkan penghargaan dalam International Textile Design Contest di Tokyo, Jepang. Setelah pameran perdana bertajuk “Old and New” dengan menampilkan bermacam kain dari Indonesia, di Kiriyu, Jepang, dan kemudian diikuti beberapa pameran berikutnya, semakin memperkuat ketenaran karya Obin di negeri Sakura. Pada tahun 1989, ia membuka toko pertamanya di Jepang (ia selalu menolak outletnya disebut sebagai “butik”, alasannya, “saya hanya tukang kain,”). Tahun 1989, tidak banyak orang Indonesia yang berpikir untuk membawa mereknya menjadi global brand, namun Obin sudah memiliki kesadaran sejauh itu. Kini, persepsi citra terhadap kain Obin sejajar dengan produk premium seperti Hermes dan Louis Vuitton, dan tentu saja dengan harga yang begitu tinggi. Sehelai Kain Obin bisa dibandrol dengan harga ribuan dollar. Perusahaan ini berkembang dan mempunyai jaringan usaha yang meliputi 30 gerai tersebar di Jepang, Singapura, Taipei, Hong Kong, Kuala Lumpur, Thailand, AS, Eropa, Jakarta, dan Bali.
Kain-kain Obin termasyhur karena dibuat dengan tangan, tanpa bantuan mesin modern sama sekali. Itulah sebabnya, untuk menghasilkan sehelai kain bisa memakan waktu berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan. Di dalam sehelai kain tersebut, selalu terdapat sentuhan personal Obin dengan segala keluasan maknanya. Kain itu dibuat dengan tangan, setiap helainya beda warna, beda corak, beda motif, beda tekstur. Salah satu masterpiece-nya adalah aplikasi desain batik pada kain sutera yang ditenun dengan tangan.
Karya-karyanya adalah seni itu sendiri, yang membutuhkan waktu dan energi yang luar biasa. Mengaku tidak selalu sukses memproduksi kain dan dibesarkan dari serangkaian kegagalan. Membuat kain bagi Obin tak ubahnya seperti main games dan untuk masuk ke level berikutnya, seringkali harus menemui tantangan berat yang membuat harus mengulang dari semula. Begitulah pula dalam membuat kain, dan dalam membuat apapun, ada proses serupa.
Koleksi kain yang dimiliki Obin saat ini telah mencapai sekitar 2000 lebih. Menurut Obin, Indonesia kaya akan koleksi kain, dan teknik pembuatan kain paling kaya adalah di Indonesia. Obin juga menjelaskan, kain Indonesia tidak hanya batik, tetapi terdapat banyak lagi jenis kain dari beberapa daerah dengan teknik khas dan formula yang tidak hanya berfokus pada motif.
Selain menghasilkan karya yang baik, bukti totalitas Obin adalah dengan mengenakan apa yang menjadi karyanya sendiri. Di setiap kesempatan, kita akan jarang menemukan penampilan Obin selain apa yang telah menjadi ciri khasnya: kebaya, kain, rambut digelung, make up bersahaja.
Dalam waktu dekat, ia akan membuka museumnya sendiri di Bali. Tidak berlebihan untuk menyebut museumnya akan menjelma eksibisi cinta, karena setiap karyanya dibuat dengan energi penciptaan yang didasari cinta. Resepnya sederhana saja. “Kalau kamu terpikir suatu ide, mainkan ide itu di kepala, corat-coret pakai tangan, jangan pakai mouse, dan lakukanlah.” Setelah itu, seolah untuk menegaskan, ia berkata lagi, “lakukanlah, maka itu akan terjadi.”
Sumber: berbagai sumber
Comments
Post a Comment