Berbagai Jenis Olahraga Bagi Anak
Olahraga bukan saja menyehatkan secara keseluruhan, melainkan juga investasi untuk kehidupan selanjutnya. Investasi dalam bentuk keterampilan lewat kegiatan melatih fisik yang aman dan sesuai guna memelihara tubuh. Perlu fondasi yang memadai untuk membangun aneka komponen agar mampu menunjang kebugaran yang hendaknya diawali sejak usia dini.
Apa pun jenis senam kebugaran berupaya melatih pola gerakan dan pada bagian-bagian otot serta persendian agar membuahkan kesehatan. Tidak hanya menyehatkan jantung dan paru-paru sehingga aliran darah deras menyelusup ke sekujur sel-sel tubuh, melainkan juga segenap otot, sendi, dan tulang siap menghasilkan bentuk pola gerakan yang luwes, indah, stabil dan aman. Untuk itu kegiatan berolahraga senam bisa dijadikan fondasi.
Selain menguatkan otot dan sendi serta tulang, olahraga dan senam juga menambah kelenturan, serta mempertahankan keseimbangan tubuh. Bila sejak kecil terbiasa melatih keseimbangan maka pada usia selanjutnya sudah terbiasa sehingga rentan cedera.
Studi baru dari ahli ortopedi anak di Chicago, Neeru Jayanthi, menyebutkan memilihkan anak berfokus pada satu jenis olahraga bisa membuat mereka rawan cidera dan sulit menjadi atlet profesional.
Jayanthi meneliti 1.200 atlet berusia 8-18 tahun. Ia menemukan mereka yang mengkhususkan diri dan berlatih secara intensif terhadap satu jenis olahraga memiliki risiko cidera, seperti patah tulang. Anak-anak yang menghabiskan waktu berfokus pada satu olahraga –misalnya, pesenam berusia 10 tahun berlatih 11 jam sepekan- memiliki risiko 70 persen menderita cidera berlebih.
Penelitian terhadap 1.206 atlet muda pun menujukkan sebanyak 859 atlet cidera, termasuk 564 cidera berlebih. Pada cedera berlebih ini, 139 mengalami luka serius, seperti patah tulang, cedera ligamen siku, dan cedera osteochondral (cedera tulang rawan dan tulang yang mendasari). Cedera serius mengharuskan atlet muda beristirahat selama 1 sampai 6 bulan atau lebih.
Dengan membangun fondasi berbagai bentuk gerakan sejak kecil, kecerdasan motorik sebagai salah satu bentuk kecerdasan anak, juga ikut menentukan. Jenis kecerdasan ini menentukan kemampuan olahraga anak yang dapat dikembangkan memasuki bidang olaharaga prestasi atau hanya sebagai upaya membiasakan berpola hidup menyehatkan. Bagi orangtua, berikan anak kesempatan dan peluang untuk melakukan aktivitas fisik seluas mungkin. Selain meningkatkan kesehatannya, ikut mengembangkan pula talenta dan kecerdasan motoriknya. Dari situ pemandu bakat bisa melihat dan menemukan bibit olahragawan untuk dibina.
Dasar gerak atletik bisa diterapkan dengan bermain-ria. Antara lain: berayun, berseluncur (prosotan), berjungkit di papan-jungkit, adu jalan cepat/lari, jalan mundur, jalan rintang, lompat tali, lompat di pasir (lompat jauh), engkle (lompat/jalan dengan satu kaki), lempar & terima bola, tolak batu, lempar busur/ lembing, meniti balok, merayap di rumput, berjungkir balik diatas matras.
Tak mungkin menciptakan olahragawan sejati secara dadakan. Atlet unggulan dibangun sejak usia dini. Bahkan sejak usia 5 tahun segala jenis olahraga menuntut pembinaannya sudah harus dimulai.
Basis olahraga yang dibangun sejak dini juga meningkatkan rasa percaya diri dan sikap sportif anak. Semua bentuk pelatihan fisik, dan sikap mental hendaknya sudah dibangun sejak dini, sebagai basis, agar ke depan nantinya tinggal membentuknya saja apakah akan berkembang menjadi seorang atlet, atau sekadar sosok yang sehat belaka
Oleh sebab itu, ajaklah anak mempelajari berbagai olahraga satu per satu. Dari situ, minat dan bakat sesungguhnya akan berkembang. Dan setelahnya, barulah Anda fokuskan ia sesuai minat dan bakatnya. Dengan begitu, hasil maksimal akan didapatkan dan bahkan bisa menjadi atlet profesional.
sumber: berbagai sumber
Comments
Post a Comment