Manfaat Buah Pear


Untuk alasan gizi, kita sering disarankan untuk mengonsumsi kulit buah-buahan. Namun penelitian kurang sering memberikan bukti kuat untuk mendukung saran ini. Studi terbaru menunjukkan bahwa kulit buah pear mengandung setidaknya tiga sampai empat kali fitonutrient fenolik sebanyak daging. Fitonutrient ini termasuk antioksidan, anti inflamasi flavonoid dan fitonutrient potensial anti kanker seperti asam sinamat. Kulit buah pear juga menunjukkan mengandung sekitar setengah dari total kandungan serat pada buah pear itu sendiri.
Dalam studi terbaru, mengukur resiko diabetes tipe 2 pada wanita AS, buah pear telah mendapatkan pengakuan istimewa. Para peneliti sekarang tahu, bahwa flavonoid dalam makanan tertentu dapat meningkatkan sensitivitas insulin. yang dikelompokkan dalam tiga grup flavonoid (flavonol, flavan-3-ols dan anthocyanin). Semua buah pear mengandung flavonoid dalam dua kelompok pertama. Sedangkan buah pear yang berkulit merah, juga mengandung anthocyanin. Pengambilan kelompok flavonoid, dikaitkan dengan penurunan resiko diabetes tipe 2 pada wanita dan pria. Namun analisa baru pada studi Nurses Health, menunjukkan bahwa diantara semua buah-buahan dan sayuran yang dianalisis kandungan flavonoidnya, kombinasi dari apel/pear menunjukkan kemampuan paling konsisten untuk menurunkan resiko diabetes tipe 2 pada wanita. Kemungkinan besar ini mempunyai manfaat yang sama pada pria.
Pasti Anda sudah sering mendengar bahwa jus buah yang mengandung daging buah di dalamnya merupakan minuman yang lebih baik daripada jus buah yang melalui penyaringan (membuang ampas/bubur dari buah) dan menghasilkan jus yang bersih/bening. Para peneliti membuktikan, bahwa pernyataan itu benar sehubungan dengan jus buah pear. Jus tanpa ampas/bubur (jus bening) kehilangan hingga 40% dari total fitonutrient fenolik dan memiliki kapasitas antioksidan secara signifikan berkurang. Jus yang mennyertakan daging buah/bubur buah muncul sebagai jenis jus unggul dalam hal kandungan gizi serta manfaat antioksidan.


Antioksidan dan Anti-inflamasi

Buah pear bukan merupakan sumber dari antioksidan konvensional pada umumnya atau nutrisi anti-inflamasi (misalnya; vitamin E atau omega -3 asam lemak), kategori phytonutrisi-nya lah yang menjadi unggulan buah ini. Sebagai contoh, dalam studi Baltimore Longitudinal Aging (1.638 peserta, rentang usia rata-rata 62-69 tahun), kombinasi dari apel/pir merupakan peringkat tertinggi kedua sebagai sumber flavonols diantara semua buah dan sayuran -sebagian karena kekayaan epicatechin dari buah pear.
Asupan flavonol rata-rata dalam penelitian ini adalah sekitar 14 miligram per hari, dan satu buah pear dapat menyediakan sekitar setengah dari jumlah ini dengan sendirinya. Daftar fitonurient yang ditemukan dalam buah pear menjadi perhatian khusus para peneliti.
Hampir semua fitonutrient menunjukkan ketersediaan antioksidan maupun manfaat anti-inflamasi. Akibatnya, asupan buah pear dikaitkan dengan penurunan resiko beberapa penyakit kronis umum yang dimulai dengan peradangan kronis dan stres oksidatif yang berlebihan. Penyakit ini termasuk penyakit jantung dan diabetes tipe 2

Penurunan Resiko Diabetes Tipe 2 dan Penyakit Jantung

Sebagai sumber yang sangat baik dari makanan berserat, logis bila buah pear diharapkan melindungi kita dari pengembangan diabetes tipe 2 dan juga penyakit jantung. Asupan yang memadai dari makanan berserat adalah faktor jangka panjang dalam mengurangi resiko kedua penyakit tersebut, dan dalam kasus buah pear, manfaat ini mungkin bahkan lebih jelas karena kedua kombinasi dari serat yang larut dan tak larut dalam buah ini. Selain kandungan seratnya, dalam kasus DM2 (diabetes militus tipe 2) bahwa flavonol buah pear (termasuk isoharmnetin, quercetin dan kaempferol), flavan 3-ols (khususnya epitakin) dan anthocyanin (ditemukan di buah pear berkulit merah termasuk varietas Red Anjou, Red Bartlett, Comice, Seckel dan Starkrimson) semua membantu meningkatkan sensitivitas insulin (perhatian penelitian lebih lanjut dan lebih banyak diberikan kepada mekanisme aksi di daerah ini, termasuk pengaturan oksidase ensim NADPH). Dalam kasus penyakit jantung, penelitian terbaru menunjukkan bahwa serat buah pear mampu mengikat bersama-sama dengan asam empedu di usus, menurunkan asam empedu dan mengurangi sintesis kolesterol. Selain itu, fitonurient dalam buah pear memainkan peran khusus dalam interaksi serat-asam empedu ini. Kemampuan serat buah pear (dan serat buah lainnya) untuk mengikat asam empedu dibandingkan dengan cholestyramine -obat penurun kolestrol, buah pear menunjukkan sekitar 5% dari kemampuan obat untuk mencapai hasil ini. (Diantara buah yang umum dimakan, hanya pisang dan nanas yang menunjukkan kemampuan mengikat asam empedu masing-masing di 9% dan 6%).

Mengurangi Resiko Kanker

Manfaat kesehatan dari serat buah pear juga diperluas ke area resiko kanker. Serat dari buah pear dapat mengikat bersama-sama tidak hanya dengan asam empedu secara keseluruhan, tetapi juga dengan asam empedu kelompok khusus yang disebut asam empedu sekunder. Jumlah berlebihan asam empedu sekunder dalam usus dapat meningkatkan resiko kanker kolorektal (serta masalah usus lainnya). Dengan mengikat asam empedu sekunder, serat buah pear bisa membantu mengurangi konsentrasi mereka dalam usus dan menurunkan resiko perkembangan kanker.
Dalam kasus kanker perut (kanker lambung), asupan buah pear juga telah terbukti menurunkan resiko kanker. Di sini fokus utama belum pada serat buah pear, tetapi pada fitonutrient buah pear, terutama asam sinamat (termasuk asam coumaric, asam ferulac dan 5-caffeoylquinic acid). Dalam penelitian terbaru dari Mexico City, butuh sekitar 2 porsi buah per hari (total) dan 4 buah porsi sayuran setiap harinya untuk mencapai penurunan resiko kanker lambung. Buah pear dan mangga diantara makanan utama yang ditentukan yang mempunyai ketersediaan asam sinamat dalam penelitian tersebut.
Kanker esophagus adalah jenis kanker ketiga yang asupan buah pear membantu resiko yang lebih rendah. Dalam penelitian skala besar yang dilakukan oleh National Institute of Health and The American Association of Retired Persons (melibatkan 490.802 partisipan), buah pear ditemukan menjadi makanan kunci yang terkait dengan penurunan resiko ESCC. Menariknya, sejumlah makanan dari keluarga Rose (Rosaceae) juga ditemukan menurunkan resiko ESCC, termasuk apel, plum dan strawberries.

Buah pear salah satu buah yang mudah dicerna. Bahkan, bayak praktisi yang menyarankan, buah pear menjadi salah satu buah pertama yang dipertimbangkan ketika tiba saatnya memperkenalkan bayi untuk bubur buah pertamanya. Salah satu faktornya adalah sifat asam yang rendah dari buah pear terutama dibandingkan dengan buah jeruk seperti lemon, grapefruits dan orange.

Tips untuk menyajikan buah pear

Cuci dengan air dingin yang mengalir dan tepuk-tepuk untuk mengeringkannya. Jangan mengupas buah. Untuk memotong pear, potong dari pangkal buah untuk meghilangkan bagian tengah, kemudian potong ke dalam bagian yang diinginkan. Untuk mencegah buah pear berubah warna kecoklatan karena oksidasi pada saat disajikan, teteskan lemon, jeruk nipis atau jus jeruk pada daging buah.


Comments

Popular posts from this blog

Membuat Jalan Setapak

Jenis-jenis Benang Rajut dan Kegunaanya

Permainan Dam Daman