Mary Griffith, seorang ahli fisiologi, mengemukakan bahwa hipotalamus
mengontrol berbagai fungsi saraf otonom, seperti bernapas, denyut
jantung, tekanan darah, pergerakan usus, pengeluaran hormon tiroid,
hormon adrenal cortex, hormon sex, bahkan dapat mengontrol seluruh
metabolisme tubuh kita. Sebuah studi menemukan adanya peningkatan
Luteinizing Hormone (LH) pada saat mendengarkan musik. LH adalah suatu
hormon sex yang merangsang pematangan sel telur. Penelitian lain oleh
Satiadarma (1990) dilakukan dengan cara mengukur suhu kulit menggunakan
alat Galvanic Skin Response (GSR). Pada saat subyek penelitian
mendengarkan musik hingar-bingar, maka suhu kulit lebih rendah dari pada
suhu basal (suhu normal individu tersebut tanpa musik). Sebaliknya,
ketika musik lembut diperdengarkan, suhu kulit meninggi dari biasanya.
Hal ini menunjukkan adanya suatu hormon stress yang dilepaskan oleh
otak, yaitu Adrenalin, yang dapat mempengaruhi bekerjanya pembuluh darah
di kulit untuk vasokonstriksi (menyempit) atau vasodilatasi (melebar).
Pada kondisi stress, adrenalin banyak dikeluarkan dan pembuluh darah
kulit menyempit, sehingga suhu kulit menurun. Kesimpulannya adalah jenis
musik hingar-bingar dapat menyebabkan kita stress, sedangkan musik
lembut memiliki efek menenangkan. Penelitian oleh Ann Ekeberg
menunjukkan pengaruh jenis musik terhadap denyut jantung. Siswa di
sebuah sekolah menjadi subyek penelitian dan mereka diukur kecepatan
denyut nadinya sebelum mendengar musik. Kemudian musik jenis hard rock
diperdengarkan selama 5 menit. Semua siswa harus tetap duduk tenang di
kursi mereka. Pada akhir tes, denyut nadi diperiksa kembali dan dicatat.
Hasilnya adalah peningkatan denyut nadi sebesar 7-12 denyut per menit.
Tore Sognefest, seorang Master in Music dari Academy of Music, Bergen,
Norway, melakukan tes yang serupa terhadap siswa di sekolahnya. Musik
dari grup AC/DC, "Hell's Bells" diperdengarkan dan hasilnya denyut nadi
meningkat 10 denyut per menit, sedangkan waktu "Air" dari Bach
dimainkan, denyut nadi menurun 5 denyut per menit. Kesimpulannya,
walaupun pendengar duduk diam di kursinya, energi yang berlebihan dari
musik rock tetap akan mempengaruhi jantung untuk berdetak lebih cepat.
Itu sebabnya pendengar musik rock sangat sulit untuk duduk diam bila
mendengar musik yang mempercepat denyut jantung. Energi yang
terakumulasi akan mencari jalan untuk dilepaskan. Selain meningkatkan
denyut jantung, tekanan darah pun dapat meningkat oleh adanya adrenalin.
Hal ini juga akan kembali meningkatkan produksi adrenalin, karena tubuh
yang berada dalam keadaan stress, berusaha untuk mengatasinya dengan
memproduksi lebih banyak adrenalin agar alert/waspada. Jika denyut
stress ini berlangsung terus menerus, misalnya pada sebuah konser rock
yang panjang, maka jumlah adrenalin yang diproduksi menjadi berlebihan,
dan tubuh tidak mampu lagi untuk membuang kelebihan ini. Sebagian
kelebihan adrenalin ini akan diubah oleh tubuh menjadi zat kimia lain
yang dikenal dengan adrenochrome (C9H9O3N). Sebenarnya senyawa ini
adalah suatu obat psikotropika yang mirip dengan LSD, Mescaline, STP,
dan Psylocybin. Beberapa tes menunjukkan bahwa zat ini menimbulkan suatu
ketergantungan, seperti obat-obat lainnya. Jadi tidaklah aneh bila
orang 'high' dalam sebuah konser rock, memasuki kondisi trance dan
kehilangan kontrol diri. Sebagaimana dalam semua keadaan ketergantungan /
adiksi, maka akan terjadi toleransi. Musik yang sama yang semula dapat
menimbulkan rasa excitement, sekarang tidak lagi memuaskan. Dibutuhkan
kepuasan yang lebih tinggi, dibutuhkan musik yang lebih keras, lebih
kacau dan lebih tidak beraturan. Dimulai dengan soft rock, kemudian rock'n'roll, dan dilanjutkan menjadi heavy metal rock. David Noebel, meneliti bahwa nada bass dengan getaran frekuensi rendah bersama-sama
dengan dentuman drum, mempengaruhi cairan serebrospinal, yang akan
mempengaruhi kelenjar Pituitary di otak. Kelenjar ini memiliki fungsi
sekresi berbagai hormon tubuh. Peneliti lain di Denver, Colorado,
Amerika Serikat membandingkan berbagai macam efek oleh berbagai jenis
musik terhadap tanaman. Tanaman-tanaman itu ditempatkan di dalam lima
buah rumah tanaman yang identik. Tanah, cahaya, dan kondisi air dibuat
persis sama satu sama lain dan jenis tanamannya pun sama. Selama
beberapa bulan peneliti memperdengarkan jenis musik yang berbeda pada
masing-masing rumah tanaman tersebut. Rumah pertama, karya Bach; yang
kedua, musik India; yang ketiga, hard rock; yang keempat, musik country
dan Barat; sedangkan yang kelima, tidak diperdengarkan musik apapun.
Hasilnya, di rumah tanaman yang hanya diperdengarkan musik hard rock,
tidak ada hasil pertumbuhan sama sekali. Pertumbuhan berhenti dan tidak
mau berbunga. Di rumah tanaman yang dengan musik Bach dan India, tanaman
nampak hijau, tumbuh dengan subur, sehat, dan berbunga banyak. Tanaman
yang mendengarkan musik country dan Barat tumbuh sama seperti tanaman
yang tidak diperdengarkan musik, pertumbuhannya biasa saja dengan jumlah
bunga normal. Tentunya tidak ada hubungan emosional pada tanaman, namun
pasti terjadi sesuatu melalui frekuensi gelombang suara yang
mempengaruhi laju pertumbuhan mereka. Kalau musik mempunyai pengaruh
yang sangat dalam terhadap organisme sederhana seperti itu, apa
pengaruhnya terhadap sistem yang lebih kompleks? Musik juga dikenal
sebagai wahana terapi. Sejak zaman dahulu dikenal penyembuhan fisik dan
mental melalui musik. Daud memainkan kecapi sambil menyanyi untuk
menyembuhkan Raja Saul yang sedang gundah. Musik juga dipakai oleh Raja
Philip V dari Spanyol, Raja George II dari Inggris, dan Raja Ludwig II
dari Bavaria untuk penyembuhan. O'Sullivan (1991) mengemukakan bahwa
musik mempengaruhi imaginasi, intelegensi dan memori, di samping juga
mempengaruhi hipofisis di otak untuk melepaskan endorfin. Endorfin kita
ketahui dapat mengurangi rasa nyeri, sehingga dapat mengurangi
penggunaan obat analgetik, juga menurunkan kadar katekolamin dalam
darah, sehingga denyut jantung menurun. Mornhinweg (1992) meneliti 58
subyek sehat untuk menilai jenis musik mana yang menurunkan stress.
Musik klasik ternyata memberikan efek relaksasi yang dapat dibuktikan
secara statistik dibandingkan dengan musik "new age". Musik yang
menenangkan ini juga dipakai dalam pengobatan penderita infark miokard
(serangan jantung), pasien sebelum operasi, bahkan untuk menurunkan
stress pasien yang menunggu di ruang tunggu praktek.
sumber: musicforlife.co.id
Comments
Post a Comment