WASPADAI PERMEN DAN MINUMAN RINGAN DI MEJA ANDA
Siapapun Anda tampaknya perlu mewaspadai permen dan minuman ringan di meja Anda. Para ilmuwan telah membuktikan bahwa gula fruktosa yang sering digunakan dalam ribuan produk makanan dan minuman ringan dapat merusak metabolisme tubuh manusia dan memicu terjadinya obesitas. Dan bila Anda mengonsumsi produk yang mengandung gula fruktosa tersebut selama sedikitnya enam bulan dapat membuat kemampuan otak Anda menurun.
Fruktosa, pemanis yang berasal dari jagung, dapat menyebabkan pertumbuhan berbahaya dari sel-sel lemak di sekitar organ vital dan dapat memicu tahap awal diabetes dan penyakit jantung. Peneliti memusatkan perhatian pada sirup jagung kaya fruktosa yang enam kali lebih manis dari pada gula tebu dan biasa di tambahkan pada makanan olahan termasuk minuman ringan, bumbu, permen dan makanan bayi. Fruktosa bisa menjadi faktor timbulnya diabetes pada anak-anak. Dan diperkirakan bahwa sekitar satu dari 10 anak di negara-negara maju akan mengalami obesitas pada tahun 2015.
Percobaan pertama yang dilakukan terhadap manusia terhadap dampak negatif fruktosa telah mengungkapkan masalah kesehatan yang serius. Lebih dari 10 minggu, 16 relawan pada diet yang dikontrol secara ketat, termasuk fruktosa tingkat tinggi, menunjukkan adanya produksi sel-sel lemak baru disekitar jantung, hati dan organ-organ pencernaan lainnya. Mereka juga menunujukkan tanda-tanda kelainan pengolahan makanan yang dikaitkan dengan diabetes dan penyakit jantung. Sukarelawan kelompok lain dengan diet yang sama tetapi fruktosa digantikan dengan glukosa, tidak menunjukkan adanya masalah yang berarti bagi kesehatan. Sukarelawan pada kedua kelompok ini diambil dari orang-orang yang memiliki berat badan yang sama, Namu para peneliti yang melakukan penelitian tersebut mengatakan tingkat penambahan berat badan pada konsumen fruktosa akan lebih besar dalam jangka panjang.
Fruktosa bisa melewati proses pencernaan yang memecah gula, sehingga ketika sampai dalam hati komposisi fruktosa tetap utuh. Hal ini menyebabkan berbagai reaksi abnormal, termasuk gangguan terhadap mekanisme tubuh yang menginstruksikan organ tubuh apakah membakar atau menyimpan lemak. Ini adalah bukti pertama bahwa fruktosa menyebabkan diabetes dan penyakit jantung dimana tidak terlihat perubahan tersebut pada sukarelawan yang mengonsumsi glukosa.
Sedangkan studi pada dua kelompok tikus, dimana kelompok pertama mengonsumsi larutan fruktosa sebagai air minum selama enam minggu. Kelompok kedua, selain menerima larutan fruktosa juga mendapatkan asam lemak omega-3 dalam bentuk minyak biji rami dan docosahexaenoicacid (DHA), yang melindungi terhadap kerusakan sel-sel sinaptik otak yang terlibat dalam proses mengingat dan belajar.
Tikus-tikus
tersebut diberi makan diet standar dan dilatih di sebuah labirin dua kali
sehari selama lima hari sebelum memulai diet eksperimental. Tim menguji
seberapa baik kemampuan tikus melalui labirin, yang memiliki banyak lubang
tetapi hanya satu pintu keluar. Para ilmuwan menempatkan marka visual di dalam
labirin untuk membantu tikus-tikus mempelajari dan mengingat jalan.
Enam
minggu kemudian, para peneliti menguji kemampuan tikus untuk mengingat rute dan
keluar dari labirin. Mereka mendapati hasil yang mengejutkan.
Tikus-tikus
di kelompok kedua keluar dari labirin lebih cepat daripada tikus-tikus yang tidak
menerima asam lemak omega-3. Hewan-hewan yang tidak diberi DHA lebih lambat,
dan otak mereka menunjukkan penurunan aktivitas sinaptik. Sel-sel otak mereka
mengalami kesulitan mengirimkan sinyal satu sama lain sehingga mengganggu
kemampuan tikus untuk berpikir jernih dan mengingat rute yang telah mereka
pelajari enam bulan sebelumnya.
Tikus
yang kekurangan DHA mengembangkan tanda-tanda resistensi terhadap insulin,
hormon yang mengontrol gula darah dan mengatur fungsi sinaptik di otak.
Penelitian lebih dekat pada jaringan otak tikus menunjukkan bahwa insulin telah
kehilangan banyak kemampuannya untuk memengaruhi sel-sel otak.
Karena
insulin dapat menembus hambatan darah otak, hormon tersebut mungkin telah
mengirimkan sinyal ke neuron-neuron untuk memicu reaksi yang mengganggu belajar
dan menyebabkan kehilangan memori.
Ada
dugaan bahwa fruktosa adalah penyebab disfungsi otak pada tikus yang kekurangan
DHA. Makan terlalu banyak fruktosa bisa menghambat kemampuan insulin untuk
mengatur sel-sel dalam menggunakan dan menyimpan gula untuk energi yang
dibutuhkan dalam memproses pikiran dan emosi.
Insulin
di tubuh sangat penting untuk mengendalikan gula darah, tetapi mungkin memiliki
peran yang berbeda di otak, di mana insulin tampaknya mengganggu mengingat dan
belajar. Studi menunjukkan bahwa diet tinggi fruktosa merusak otak maupun
tubuh. Hal ini merupakan temuan baru.
Saran
bagi Anda adalah menjaga asupan fruktosa tetap minimal dan mengganti makanan
penutup dengan buah segar dan yoghurt. Disarankan pula untuk mengonsumsi
makanan yang kaya asam lemak omega-3, seperti salmon dan biji rami, atau
mengambil kapsul DHA satu gram sehari.
Comments
Post a Comment