PERAN ORANGTUA DALAM MENDIDIK ANAK

Tulisan kali ini benar-benar terinspirasi dari kisah seorang teman yang menghadapi sebuah peristiwa sederhana dalam kehidupan anaknya. Di mana sang anak ( 9 th ) yang ingin bermain bola basket dengan kawan-kawannya, namun kawan-kawannya itu tidak mengijinkannya untuk ikut dalam permainan tersebut. Reaksi pertama sebagai orangtua tentu iba, apalagi menyadari bahwa sang anak memang senang bermain basket. Penolakan teman-temannya tentu saja mendukakan hati sang anak.
Sebagai seorang ayah, naluri keayahannya mendorong teman tersebut dalam suatu kesempatan mengajak anaknya bermain basket, seolah-olah dengan mengajaknya bermain mengatakan "Biar semua orang tidak mau bermain, ayah akan selalu siap bermain denganmu." Pada saat bermain itulah, teman tersebut menyadari mengapa teman-teman anaknya menolak untuk bermain bersama. Alasannya adalah tidak lain dan tidak bukan, sang anak bermain curang! 
Tentu saja sang ayah berusaha menerangkan bahwa apa yang dilakukannya keliru dan bahwa sang anak telah bertindak tidak adil, sebab pada saat hal yang sama terjadi pada dirinya bukan saja ia tidak menghukum dirinya tapi ia malah menghadiahi dirinya. Sang anak tetap tidak menerima penjelasan tersebut dan menolak untuk mengakui ketidakkonsistenannya.
Melalui peristiwa tersebutlah, pelajaran ini di dapat bahwa
  • Tugas mendidik menuntut waktu. Keinginan atau kerinduan menjadi orangtua yang baik adalah penting, namun tekad tersebut haruslah diwujudkan dalam bentuk waktu yang diberikan bagi anak. Tanpa waktu, tidak akan ada kesempatan "mengajarkan dengan cara membicarakan" pedoman hidup yang benar. Jika teman tadi tidak menyediakan waktu untuk bermain basket dengan sang anak, tidak akan ada peluang untuk menyaksikan kelakuannya dan sekaligus mengoreksi sikapnya.
  • Tugas mendidik membutuhkan kesediaan untuk melihat kelemahan anak. Orangtua perlu terbuka untuk menerima kenyataan bahwa anak bukan saja tidak sempurna, namun akibat kesalahannya, ia pun berpotensi merugikan orang lain. Adakalanya sulit bagi orangtua untuk mengakui kelemahan anak, karena kelemahannya sedikit banyak merefleksikan kekurangan orangtua.
  • Tugas mendidik lebih mendahulukan pendekatan kasih daripada konfrontasi. Kadang perlu memperhadapkan anak dengan perbuatannya secara tegas, sekali-kali orangtua perlu menghukumnya. Namun yang harus lebih sering dan harus diutamakan adalah menegurnya dengan kasih. Pembelajaran dari peristiwa diatas, makin keras teman tersebut menegur, makin keras sang anak menyangkalnya. Sebaliknya, tatkala dengan lemah lembut dia menegur, sang anak pun luluh dan bersedia menerima perkataan ayahnya.
Orangtua perlu bersikap bijaksana dalam menjalankan perubahan dari kepemimpinan otoratif pada masa anak-anak masih kecil kepada kepemimpinan partispatif ketika anak-anak menginjak remaja. Tindakan orangtua yang tetap menjalankan kepemimpinan otoratif disaat anak-anaknya menjadi remaja atau dewasa, akan menimbulkan kemarahan pada anak-anaknya. Demikian pula orangtua yang suka memerintah tetapi tidak menjadi teladan bagi anaknya, sangat menimbulkan kemarahan dan kekecewaan pada si anak.

Perkara selanjutnya yang harus dilakukan orangtua adalah mendidik anak-anaknya didalam nasihat dan ajaran Tuhan. Orangtua haruslah memiliki dan menanamkan tujuan, misi, visi serta nilai-nilai luhur kepada anak-anaknya. Sesungguhnya, anak-anak adalah karunia Tuhan bagi orangtua. Itulah sebabnya tugas orangtua dalam mendidik anak-anaknya menjadi begitu penting. Tugas ini tidak dapat didelegasikan pada para guru disekolah atau para pemuka agama. Mereka semua hanyalah bersifat membantu, tetapi orangtualah yang memikul tanggungjawab ini.

Diakhir tulisan ini, ada harapan  (saya), semoga nantinya bisa menjadi orangtua yang baik. 
Terimakasih untuk seorang teman...

Comments

Popular posts from this blog

Membuat Jalan Setapak

Jenis-jenis Benang Rajut dan Kegunaanya

Permainan Dam Daman