KEMBALI KE 1920-AN

Setiap tahunnya, trend fashion selalu di dominasi oleh style-style yang berbeda. Di tahun 2011 gaya retro ala tahun 1970-an dan sedikit gaya Korea telah menyemarakkan trend kita. Lalu bagaimanakah dengan tahun 2012?

Walau tidak sepenuhnya berbeda dari tahun 2011, tema fashion kita di tahun 2012 akan cukup unik karena kita akan diajak kembali pada masa 92 tahun yang lalu, tepatnya di tahun 1920. Bergaya dengan busana ala tahun 1920-an, mengapa tidak? Meski terkesan jadul, busana dengan gaya twenties itu bisa menjadi pilihan menarik yang mempercantik penampilan Anda. Sejatinya, model 1920-an itu menjadi penanda adanya peralihan dalam gaya berpakaian. Setelah berakhirnya masa Perang Dunia I, model pakaian menunjukkan optimisme setelah ketakutan akibat peperangan. Desainnya pun terkesan lebih bebas dan ekspresif dengan berbagai variasi bahan, warna, serta tekstur.

Busana dengan gaya twenties umumnya ditampilkan dalam bentuk potongan elegan dengan garis konservatif. Potongan tersebut menunjukkan kondisi masyarakat pada masa itu. Meskipun gaya berpakaiannya mulai lebih ekspresif, masyarakat masih menjaga keeratan hubungan satu dengan yang lain.

Selain lebih ekspresif, pada busana era 1920-an, tampil potongan feminin yang menegaskan identitas diri. Berbeda dengan gaya victoria yang menggunakan korset untuk membentuk pinggang menjadi kecil, gaya twenties menampilkan potongan yang lebih lebar, baik di bagian pinggang maupun ujung pakaian.

Pakaian simple dengan warna-warna cerah namun elegan, mantel bulu, potongan rambut bob, topi cloche, gaun sepanjang lutut, serta kalung berantai panjang adalah ciri khas wanita berpakaian pada masa itu. Dan tema itu lah yang akan menemani kita di tahun 2012. Sepatu wedges tentunya tak akan ketinggalan untuk mempercantik kaki kita, namun sepatu flat simpel juga akan menjadi trend.

Pakaian didesain dalam potongan selutut atau lebih pendek dari busana-busana pada era sebelumnya. Tekstur bahannya sangat memengaruhi penampilan busana. Karena itu, tidak heran jika tekstur bahan pakaian menjadi andalan untuk menunjukkan sisi feminin pakaian. Bahan berupa lace maupun tulle menjadi pilihan yang pas.

Kini, meski era 1920-an sudah jauh ditinggalkan, gaya berbusana pada masa itu kembali dijadikan tren untuk meramaikan jagat busana. Apalagi, model pakaian twenties dipandang sesuai dengan kehidupan perempuan masa kini yang dituntut memiliki mobilitas tinggi namun tetap gaya. Tidak heran jika sejumlah perancang mengeluarkan koleksi gaun 1920-an sebagai bagian dari koleksi busana terkini.

Salah satunya adalah Anna Sui, perancang asal Amerika Serikat (AS) yang menampilkan gaun bergaya twenties dari bahan tulle dan lace. Rancangan itu dia buat untuk mengekspresikan sisi feminin kaum hawa. Busana berbahan krem dengan kerah berbentuk V, kesannya makin glamor dengan tambahan payet-payet berwarna kuning keemasan. Sui yang lulusan Perdon The New School for Design itu memilih desain twenties berupa gaun tanpa lengan.

Perancang lainnya yang juga menyuguhkan busana ala 1920-an ialah Ricard Nicoll. Dia mengeluarkan twenties dress dengan potongan lengan pendek. Warna busana yang dipilihnya adalah biru tua polos. Busana berupa gaun velvet yang dibuat dari bahan sutra itu mengingatkan kita pada gaya kanak-kanak dengan goresan material mengilap sebagai kombinasinya.

Koleksi lain datang dari Marc Jacobs, perancang kelahiran New York, AS, pada 9 April 1963. Jacobs mengeluarkan koleksi busana twenties dengan garis-garis yang mendominasi pakaian. Desain dengan warna putih kekuning-kuningan menampilkan kesan busana terbuat dari bahan logam.

Untuk variasinya, dia membentuk garis-garis yang dibagi menjadi dua bagian. Di bagian bahu hingga pinggang, garis-garis tersebut tampak seolah-olah melingkar hingga ke bagian belakang badan, sementara di bagian pinggang hingga ujung rok, garis-garis dibuat dalam bentuk kotak-kotak.

Untuk melengkapi koleksi busana bergaya twenties, brand Day Birger et Mikkelsen menawarkan gaun dengan bahan sutra 100 persen. Dress dengan warna marun yang ditambah dengan payet berwarna hitam mempertegas tekstur pakaian. Dengan potongan leher bulat dan desain pakaian tanpa lengan, busana-busana jadul itu semakin menunjukkan karakternya yang penuh kebebasan.

Koleksi Roberto Cavalli, muncul dengan gaun mini era 1920-an. Mirip pakaian para perempuan yang muncul di film-film bisu. Ada pula detail payet dan chiffon, mengingatkan orang pada gaun karya perancang jenius Coco Chanel pada 1928.

Warna-warna cerah yang menjadi ciri khas Cavali tergantikan oleh unsur logam, seperti emas, perak, dan hitam. Kritikus mode memuji karyanya. Sampai ia pun melangsungkan peragaan busananya di dua tempat, Milan (Italia) dan Tel Aviv (Israel). Ia menganggap tren busana saat ini sangat internasional. "Karena kita membaca majalah dan film yang sama, mode ada di dalamnya," kata Cavalli, 71 tahun. "Dari situ Anda bisa mendapat ide apa yang harus dipakai."

Ada pula gaya berbikini pada 1920-an. Dolce & Gabbana muncul dengan atasan, seperti bra dan rok panjang semata kaki. Bagian perut sedikit terlihat karena letak rok yang persis menutupi pusar. Gaya ini seperti aksi "balas dendam" setelah masyarakat harus memakai jaket supertebal sepanjang musim dingin. "Aku menyukainya," ujar editor Vogue, Emma Elwick-Bates. "Anda bisa merasakan musim panas di Sisilia (Italia)."

Beberapa perancang juga terpengaruh oleh model gaun semata kaki pada 1920-an. Potongannya lurus dan memakai material yang lembut mengikuti gerakan pemakainya. Rumah mode Chloe memakai warna-warna pastel dan aksesori ikat pinggang pada gaya ini supaya terlihat lebih modern. Ia juga menampilkan sisi maskulin, dengan rancangan celana panjang di atas lutut yang lebar.

Pada koleksi musim semi 2012, baju siap pakai Emporio Armani lebih minim warna. Hanya ada hitam dan putih. Potongan bajunya jauh dari seksi. Beberapa rancangannya terdiri atas atasan, bawahan, dan blazer. Terkesan tertutup, tapi potongannya tetap mengikuti lekuk tubuh wanita. Para model yang mengenakan pakaiannya di Milan Fashion Week tahun lalu memakai topi yang menjadi tren pada 1920-an. Bentuknya seperti topi jerami para nelayan di Venesia, boater, tapi lebih tinggi di bagian kepala.

Comments

Popular posts from this blog

Membuat Jalan Setapak

Jenis-jenis Benang Rajut dan Kegunaanya

Permainan Dam Daman